Mau Tahu, Alasan Albert Einstein Sering Bolos Kuliah?
Einstein berpikir lebih maju dari dosennya.
VIVA.co.id - Tahukah Anda, kalau Sabtu, 14 Maret lalu, adalah hari peringatan 136 tahun kelahiran tokoh penemu Albert Einstein? Dikutip dari laman Tydknow, berikut adalah fakta-fakta unik, yang mungkin belum Anda tahu mengenai pencipta teori relativitas itu.
Meski semua orang mengakui, bahwa ilmuan ini punya otak sangat encer, namun ternyata hal itu bukan ia peroleh, dari kebiasaan rajin masuk kelas dan hormat pada dosen.
Meski semua orang mengakui, bahwa ilmuan ini punya otak sangat encer, namun ternyata hal itu bukan ia peroleh, dari kebiasaan rajin masuk kelas dan hormat pada dosen.
Buktinya, data-data yang dikumpulkan membuktikan, bahwa Albert Einstein justru sering bolos kuliah, dan sering berargumen secara keras, dengan profesor yang mengajarinya, di Institut Politeknik Zurich, di Swiss.
Mungkin karena saking jeniusnya, ia bahkan berpikiran lebih maju daripada sang dosen, jadi ia kerap membantah profesor matematika, yang coba memberikannya ilmu pengetahuan. Karena sering kabur, profesor matematika-nya, Hermann Minkowski, bahkan sampai menjulukinya si anak malas tanpa masa depan.
Namun, ini bukan berarti Albert Einstein mahasiswa badung. Ini semua terjadi, karena ia tahu, pasti akan lulus saat ujian matematika datang. Karena, semua teori yang diajarkan sang dosen di kampus, ternyata sudah ia pelajari saat ia berusia 12 tahun, jauh sebelum masuk bangku kuliah.
Alasan kenapa ia sering bolos, karena sebenarnya ia punya guru-guru lain yang ia anggap jauh lebih pintar, namun orang-orang tersebut tidak mengajar di kampusnya. Jadi saat ia bolos, ia bukan main, namun belajar langsung di lapangan.
Secara jujur Einstein akui, bahwa semua ilmu yang Hermann coba ajarkan, ia sudah ketahui semua. Ia pun mengaku, tidak suka dengan mata pelajaran yang berbau hafalan, seperti sejarah, geografi, dan bahasa, yang menurutnya sangat tidak menantang.
Oleh orang-orang di sekitarnya, Albert Einstein muda dikenal sebagai anak ajaib yang senang belajar matematika, musik, dan sains. Pamannya, Jakob Einstein, adalah orang yang mengajarinya aljabar, sementara mahasiswa cerdas, Max Talmud adalah orang yang mengajarinya pelajaran filsafat dan sains.
Einstein mengaku, ilmu-ilmu yang membuatnya pintar, justru datang dari luar kampus, sehingga ia malas berlama-lama duduk di kelas, mendengarkan dosen yang coba mengajari sesuatu yang ia sudah tahu.
Ia bahkan pernah berkata, andai saja tak dipaksa orangtuanya belajar secara formil di sekolah dan kampus, ia yakin akan bisa lebih banyak menemukan teori- teori hebat dalam hidupnya.
Mungkin karena saking jeniusnya, ia bahkan berpikiran lebih maju daripada sang dosen, jadi ia kerap membantah profesor matematika, yang coba memberikannya ilmu pengetahuan. Karena sering kabur, profesor matematika-nya, Hermann Minkowski, bahkan sampai menjulukinya si anak malas tanpa masa depan.
Namun, ini bukan berarti Albert Einstein mahasiswa badung. Ini semua terjadi, karena ia tahu, pasti akan lulus saat ujian matematika datang. Karena, semua teori yang diajarkan sang dosen di kampus, ternyata sudah ia pelajari saat ia berusia 12 tahun, jauh sebelum masuk bangku kuliah.
Alasan kenapa ia sering bolos, karena sebenarnya ia punya guru-guru lain yang ia anggap jauh lebih pintar, namun orang-orang tersebut tidak mengajar di kampusnya. Jadi saat ia bolos, ia bukan main, namun belajar langsung di lapangan.
Secara jujur Einstein akui, bahwa semua ilmu yang Hermann coba ajarkan, ia sudah ketahui semua. Ia pun mengaku, tidak suka dengan mata pelajaran yang berbau hafalan, seperti sejarah, geografi, dan bahasa, yang menurutnya sangat tidak menantang.
Oleh orang-orang di sekitarnya, Albert Einstein muda dikenal sebagai anak ajaib yang senang belajar matematika, musik, dan sains. Pamannya, Jakob Einstein, adalah orang yang mengajarinya aljabar, sementara mahasiswa cerdas, Max Talmud adalah orang yang mengajarinya pelajaran filsafat dan sains.
Einstein mengaku, ilmu-ilmu yang membuatnya pintar, justru datang dari luar kampus, sehingga ia malas berlama-lama duduk di kelas, mendengarkan dosen yang coba mengajari sesuatu yang ia sudah tahu.
Ia bahkan pernah berkata, andai saja tak dipaksa orangtuanya belajar secara formil di sekolah dan kampus, ia yakin akan bisa lebih banyak menemukan teori- teori hebat dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar